Selamat Datang di http://gragecarita.blogspot.com, Mengenal Sejarah Cirebon, Situs Bersejarah, Seni dan Budaya Cirebon

Minggu, 30 Mei 2010

ADZAN PITU

Cirebon -Selain arsitektur bangunannya yang khas, bercorak arsitektur Hindu, Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon juga mempunyai keunikan tersendiri. Setiap hendak salat Jumat, 7 orang muazin akan mengumandangkan adzan secara bersamaan. Kumandang suara azan oleh tujuh orang muazin dikenal dengan ‘Azan Pitu’. Tradisi Azan Pitu, telah dilakukan secara turun temurun sejak lima ratus tahun lalu. Dahulu, azan pitu dilantunkan setiap waktu salat, namun kini hanya dilakukan pada saat salat Jumat saja, pada azan pertama.

Tidak ada ada naskah tertulis yang bisa dijadikan acuan sejarah asal usul dan alasan Sunan Kalijaga memulai tradisi azan pitu. Satu-satunya sumber resmi sejarah, hanyalah penuturan turun temurun dari pengurus masjid. Konon, menurut salah seorang pengurus masjid, tradisi azan oleh 7 muazin berawal dari adanya wabah penyakit yang melanda jemaah masjid ini di awal pendiriannya. Tradisi 7 azan ini diwariskan oleh Sunan Kalijaga saat mengusir wabah tersebut. “Namanya Satria Menjangan Wulung" semacam Leak kalau di Bali, suatu wabah penyakit yang dikirimkan orang yang tidak senang kepada masjid ini. Wabah tersebut membuat beberapa jamaah masjid terkena penyakit aneh dan akhirnya meninggal. Untuk mengatasi ini, Sunan Kalijaga, bermunajat dan memohon perlindungan kepada Allah SWT. Hingga suatu ketika, Sunan Kalijaga meminta 7 orang untuk mengumandangkan azan dalam waktu bersamaan di dalam masjid tersebut. Alhasil, wabah penyakit ‘Satria Menjangan Wulung’ pergi dan terpental dari masjid bersamaan dengan meledaknya kubah masjid. Namun, sayangnya satu dari tujuh amir masjid tersebut meninggal. Menurut cerita, kubah masjid terbang dan mendarat di atas kubah Masjid Agung Banten. Sedangkan ‘Satria Menjangan Wulung’ terpental hingga Indramayu menjadi labu hitam. “Makanya ada larangan buat kita untuk memakan labu hitam".

Menurut cerita, ketika awal pembangunan Masjid Agung Demak, Sunan Gunung Jati memohon izin untuk membuat pasangannya di Cirebon. Masjid Agung Demak mempunyai watak maskulin, sedangkan Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini mewakili watak feminin. Tidak seperti masjid-masjid wali pada umumnya yang mempunyai bentuk atap tajug (berbentuk piramid) bersusun dengan jumlah ganjil, Masjid Agung Sang Cipta Rasa mempunyai bentuk atap limasan dan di atasnya tidak dipasang momolo (mahkota masjid). Selain azan pitu, tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan yakni khotbah yang menggunakan bahasa Arab. Meski tidak dimengerti, namun jamaah tetap khidmat dan khusyuk mendengarkan khotbah.

Secara umum aktivitas di masjid, selalu ramai oleh peziarah ketika malam Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon. Biasanya orang datang untuk berzikir dan tirakatan malam. Beberapa orang percaya akan mendapatkan keberkahan jika melaksanakan ibadah di masjid wali ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar